Jatuh pada lubang yang sama berkali-kali, salahkah?

Kita sering mendengar ungkapan, “Hanya keledai dungu yang jatuh ke lubang yang sama dua kali” yang mungkin juga ditujukan kepada kita ketika kita melakukan kesalahan yang sama dengan yang kita lakukan sebelumnya. Jelas sekali, jika ini ditujukan kepada manusia, ungkapan ini mengandung makna sindiran yang luar biasa dalam. Betapa manusia harus dipersandingkan dengan keledai ketika melakukan kesalahan yang itu-itu saja.

Memang salahkah ketika kita masih melakukan kesalahan yang sama dengan yang sudah kita lakukan kemarin, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, atau setahun yang lalu?

Bisa jadi iya, bisa juga tidak. setidaknya ada dua kemungkinan ketika kita masih sering jatuh pada lubang yang sama dalam kehidupan kita.

Pertama, kita tidak melakukan instropeksi diri. Kejadian-kejadian yang sudah kita jalani sepanjang hidup berlalu begitu saja. Kita tidak melakukan instropeksi dan evaluasi atas kesalahan yang sudah kita buat. Kita lebih suka beranggapan bahwa apa yang sudah berlalu biarlah berlalu. Dan, akhirnya kita melakukan kesalahan yang sama, jatuh pada lubang itu lagi.

Pada konteks ini bisa saja kita bersalah. Kita tidak belajar pada pengalaman yang kita punya. Kita sudah diingatkan bahwa ada kesalahan atas apa yang kita lakukan. Namun, karena kita tidak melakukan instropeksi, kita pun masih mengulanginya lagi, dan lagi. Nilai-nilai dari setiap perjalanan hidup kitapun terbuang begitu saja. Maka, kitapun diibaratkan seperti keledai dungu yang sering jatuh pada lubang yang sama, hanya karena keengganan kita untuk berinstropeksi.

Kedua, Tuhan sengaja mengirimkan masalah yang sama. Kenapa saya bilang sengaja? Barangkali kita sudah melakukan instropeksi. Kita sudah merenungkan setiap kesalahan yang kita lakukan dan terus mencoba untuk memperbaiki diri. Namun, Tuhan punya tujuan lain. Masalah yang sama masih sering didatangkan kepada kita agar kita berinstropeksi dan melakukan perenungan hidup semakin mendalam. Instropeksi yang semakin mendalam ini akan membawa nilai-nilai kebijaksaan yang semakin tinggi juga.

Pada konteks ini, kita bukanlah keledai dungu, tapi keledai yang disiapkan oleh Tuhan menjadi bijak dalam menapaki hidup. Memang, kita masih sering jatuh pada masalah atau kesalahan yang sama, namun itu semua bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa harus ada perenungand an instropeksi yang semakin mendalam yang harus kita lakukan.

Nah..yang harus kita tanyakan pada diri kita sekarang adalah, sudahkah kita melakukan instropkesi pada setiap peristiwa yang menimpa kita, baik yang menyenangkan atau tidak?

Belajar pada pengalaman

Pengalaman adalah guru terbaik. Begitulah banyak orang mengungkapkan. Pengalaman mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus menjalani hidup diwaktu yang akan datang.

Dilihat dari namanya, pengalaman adalah persetubuhan antara alam dan panca indra kita. Pengalaman memungkinkan seseorang untuk tahu akan sesuatu. Hasil tahu ini kemudian dinamakan dengan pengetahuan. Artinya, pengalaman mengajarkan kepada kita banyak pengetahuan. Semakin banyak pengalaman yang kita peroleh, semakin banyak pengetahuan kita dapatkan. Pengalaman mengajarkan kepada kita tentang banyak nilai kehidupan. Jika hari ini kita dimarahi atasan kita karena datang terlambat, maka esok kita akan berangkat lebih pagi lagi agar tidak terlambat. Begitulah pengalaman mengajari kita, meskipun tanpa ada kata dan tulis.

Meski begitu, pengalaman hanya akan menampakkan nilainya jika mau merenung, instropeksi diri, dan berevaluasi. Jika tidak, maka bisa jadi pengalaman tidak akan memberikan nilai apa-apa, selain hanya sebuah rentetan peristiwa.

***
Tidak enak memang rasanya jika kita masih harus jatuh pada lubang yang sama yang sudah kita buat sebelumnya. Apalagi, jika pihak-pihak yang ada disekitar kita menyalakan dan semakin menyudutkan kita. Maka, tak bisa dielakkan lagi, setiap lubang yang telah kita buat harus segera kita tutup. Dan, instropeksi, perenungan, evaluasi adalah jalan terbaik untuk menutup lubang-lubang itu, meski barangkali suatu hari nanti lubang itu akan terbuka lagi, untuk kemudian kita tutup kembali dengan kebijaksanaan yang semakin tinggi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT LAMAHOLOT

END OF THE SPEAR