MENJADI ORANG TUA SEKALIGUS TEMAN BAGI ANAK
Dewasa ini sebuah fenomena baru telah terjadi dalam hal hubungan
antara anak dan orang tua serta proses perkembangan anak dalam keluarga. Bila
pada tahun 1920-an orang tua cenderung bersikap layaknya komandan pasukan yang
mengharuskan anak patuh tanpa syarat, kini sedikit orang tua cenderung memberi
penekanan pada proses pembentukan tanggung jawab dan bersikap toleran terhadap
perbedaan.
Setiap perubahan tentunya dilatarbelakangi tujuan yang baik.
Perubahan ini bisa jadi disebabkan karena banyak orang tua yang tidak ingin
menerapkan pola hubungan orang tua akan yang serupa dengan orang tuanya di kala
mereka kecil. Pola lomunikasi yang terbuka dan bisa berbicara dengan anak dari
hati ke hati lebih diusahakan sehingga anak pun merasa lebih nyaman.
Meski belum diketahui dengan pasti persentase orang tua yang sudah memulai
perubahan tersebut, namun hal ini menunjukkan hal yang baik. Beberapa orang
mengalami, kehidupan keluarga yang demokratis tidak saja memberi perasaan
nyaman tapi juga menumbuhkan sikap positif lainnya. Beberapa orang mengalami,
kehidupan keluarga yang demokratis tidak saja memberi perasaan nyaman tapi juga
menumbuhkan sikap positif lainnya. Beberapa penelitian mengatakan, rasa aman
yang diperoleh anak dapat menumbuhkan kematangan emosi, mendukung anak dalam
proses belajar, memiliki tingkat sosialisasi yang cukup baik dan memiliki
kecenderungan menjadi pemimpin di tengah lingkungannya. Hal ini bisa jadi
disebabkan pola kedisiplinan dan tanggung jawab yang diterapkan di rumah tanpa
adanya unsure paksaan.
Di samping itu, banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka
berharap dapat menjadi sahabat bagi anaknya. Sebenarnya tidak ada yang salah
dari hal ini, namun bila kebablasan akan menjadi bumerang. Seharusnya setiap
orang tua tetap menunjukkan perannya sebagai orang tua dengan adanya peraturan
dan bimbingan yang memadai bagi anak. Setiap peraturan yang dibuat dapat
dikomunikasikan kepada anak dengan memberi penjelasan tentang baik buruknya.
Kadang cara memberi larangan dari orang tua kepada anak dapat
berpengaruh secara signifikan. Misalnya bila anak ingin bermain keluar di saat
jam tidur siang, cobalah menghindari kata “tidak” dang anti dengan kalimat “ya
boleh, tetapi nanti setelah tidur siang”. Meski terdengar sepele, namun seorang
anak tidak akan merasa terus menerus mendapat penolakan dengan kata “tidak”
sehingga lebih dapat menerima dengan baik serta mamatuhinya.
Sumber:
Kompas 10 Agustus 2008.
Komentar
Posting Komentar