Ferdinand Magellan: Bumi Bulat, Bukan Ceper!
pelayaran keliling bola bumi Ferdinand Magellan memberi bukti pertama
bagi sains bahwa Bumi berbentuk bulat, bukan ceper
bagi sains bahwa Bumi berbentuk bulat, bukan ceper
“The church says the earth is flat, but I know that it is round, for I have seen the shadow on the moon, and I have more faith in a shadow than in the church.” (Ferdinand Magellan)Ferdinand Magellan (c. 1480- 27 April 1521) dilahirkan di Sabrosa, Portugal utara, tetapi kemudian mendapatkan kewarganegaraan Spanyol karena mau bekerja di bawah perintah Raja Charles I dari Spanyol untuk menyelidiki suatu rute pelayaran ke arah barat menuju “kepulauan rempah-rempah” (kepulauan Maluku di Indonesia sekarang). Ekspedisi Magellan yang berlangsung dari 1519 sampai 1522 adalah ekspedisi pertama yang mengarungi Samudera Atlantik masuk ke Samudera Pasifik (yang waktu itu dinamakan “laut damai” oleh Magellan karena airnya yang tenang) melewati Selat Magellan, lalu menyeberangi untuk pertama kalinya Samudera Pasifik. Ekspedisi ini juga adalah ekspedisi pertama lewat laut yang berhasil mengelilingi bola Bumi (= pelayaran sirkumnavigasi), meskipun Magellan sendiri tidak sempat menyelesaikan seluruh perjalanan laut ini karena dia terbunuh dalam Perang Maktan di Filipina. Namun, Magellan dalam suatu pelayaran sebelumnya ke arah timur berhasil sampai ke Semenanjung Melayu, sehingga dialah penjelajah laut pertama yang berhasil melintasi semua garis bujur bola bumi.
“Gereja berkata bahwa Bumi ceper, tetapi saya tahu bhw Bumi bulat, sebab saya sudah melihat bayangannya pada Bulan, dan saya lebih percaya kepada sebuah bayangan ketimbang kepada gereja” (Ferdinand Magellan)
Dari 237 orang yang berlayar dengan menggunakan 5 kapal laut, hanya 18 yang berhasil menyelesaikan sirkumnavigasi dan balik kembali ke Spanyol pada 1522 dipimpin navigator Basque yang bernama Juan Sebastián Elcano, yang mengambil alih komando ekspedisi setelah kematian Magellan. Tujuh belas orang tiba di Spanyol belakangan: 12 orang ditangkap oleh Portugis di Kape Verde beberapa minggu sebelumnya dan di antara 1525 dan 1527, dan lima orang berhasil selamat di kapal Trinidad.
Ferdinand Magellan pada masanya membuktikan kepada dunia dan kepada semua yang menolak gagasannya bahwa orang dapat berlayar mengelilingi Bumi karena planet biru ini bulat seperti bola. Pelayarannya memberikan bukti positif pertama bagi sains bahwa Bumi ini bulat.
Para pecinta Alkitab, khususnya Perjanjian Lama, kerap berkeras bahwa orang pada zaman Perjanjian Lama ditulis sudah berpandangan bahwa Bumi ini bulat seperti bola. Sebagai sebuah teks bukti, mereka biasanya mengacu ke Yesaya 40:22, yang dalam Alkitab Terjemahan Baru LAI memuat frasa “bulatan bumi”. Kata Ibrani dalam teks Yesaya ini, yang diterjemahkan dengan “bulatan”, adalah חוּג (chug), dan kata ini tidak tepat jika diterjemahkan dengan “bulatan”, melainkan harus “lingkaran” atau “cakram”. Bandingkan kata Ibrani yang sama dalam Terjemahan Baru LAI dalam Ayub 22:14 (“lingkaran langit”) dan Amsal 8:27 (“kaki langit”). Yang dimaksud dengan chug dalam Yesaya 40:22 adalah suatu bentuk lingkaran cakram yang tipis, bukan suatu bentuk bola padat.
Juga harus diingat bahwa ketika orang yang hidup pada zaman Alkitab ditulis memandang Bulan dan Matahari di angkasa, mereka belum mampu berpikir bahwa kedua benda langit ini berbentuk bola, sebab yang langsung tampak kelihatan oleh mereka (dan juga oleh kita sekarang) dari Bumi adalah baik Bulan maupun Matahari berbentuk sebagai sebuah piring atau sebuah cakram tipis. Selain itu, mereka juga belum mampu berpikir bahwa kalau Bumi berbentuk bulat seperti bola, air laut di belahan belakang atau di belahan bawah bola Bumi tidak akan tumpah atau jatuh ke bawah. Kita yang hidup pada zaman modern saja, yang sudah mengenal daya gravitasi bumi, mampu berpikir bahwa air laut di belahan bumi lainnya tidak akan tumpah. Begitu juga, kalaupun Aristoteles melihat bayangan Bumi pada Bulan ketika terjadi gerhana, mungkin sekali dia tidak membayangkan Bumi ini berbentuk bola, tetapi, paling jauh, berbentuk sebuah piring atau sebuah lingkaran cakram tipis.
Beberapa abad sebelum Masehi, astrologi sudah berkembang luas di Babilonia, dan sistem penangggalan yang membagi satu minggu dalam tujuh hari sudah dikenal, dan sistim penanggalan inilah yang diambil alih oleh para penulis Kejadian 1:1-2:4a (Mazhab Imamat/Priester) ketika mereka mengasalkan sistem penanggalan ini pada penciptaan yang Allah mereka telah lakukan selama enam hari dengan hari ketujuh sebagai hari istirahat buat Tuhan Allah ini. Tidak jelas juga apakah dalam astrologi yang sudah berkembang ini, orang Babilonia sudah mampu memandang Bumi, Bulan dan Matahari serta semua planet lain yang sudah dikenal pada masa itu berbentuk bulat seperti bola.
Begitu juga, kalaupun Aristoteles melihat bayangan Bumi pada Bulan ketika terjadi gerhana, mungkin sekali dia tidak membayangkan Bumi ini berbentuk bola, tetapi, paling jauh, berbentuk sebuah piring atau sebuah lingkaran cakram tipis. Sebelum Aristoteles, seorang filsuf besar yang bernama Sokrates pada abad 4 SM sudah berpendapat bahwa Bulan itu terdiri atas bebatuan dan karang, sementara Ortodoksi Athena berpandangan bahwa Bulan adalah Dewa yang harus disembah. Kita tahu, pada 399 SM Sokrates menerima penghukuman mati dengan meminum racun di sebuah penjara negara di Athena dengan salah satu tuduhannya adalah bahwa dia mengajarkan ajaran-ajaran baru yang bertentangan dengan Ortodoksi Athena.
Kalaupun pada beberapa abad Sebelum Masehi sudah ada keyakinan bahwa Bumi, Bulan dan Matahari berbentuk bulat seperti bola, keyakinan ini tentu baru sebagai sebuah hipotesis yang belum terbukti secara empiris. Bahkan pada abad pertama, penulis teks Kisah Para Rasul pun masih berpikir bahwa Bumi ini memiliki “ujung” sehingga ditulislah olehnya sebuah perintah pekabaran Injil “sampai ke ujung Bumi” (KPR 1:8). Bahkan pada masa Ferdinand Magellan hidup (abad 15-16), Gereja Katolik Roma masih berpandangan bahwa Bumi ini ceper, sebuah pandangan yang justru dilawan olehnya.
Jadi, berterimakasihlah kepada Magellan, karena dialah orang pertama yang membuktikan bahwa Bumi ini berbentuk sebuah bola, yang di permukaannya darat dan samudera tertata dalam suatu keseimbangan alamiah.
Begitu juga, kalaupun Aristoteles melihat bayangan Bumi pada Bulan ketika terjadi gerhana, mungkin sekali dia tidak membayangkan Bumi ini berbentuk bola, tetapi, paling jauh, berbentuk sebuah piring atau sebuah lingkaran cakram tipis. Sebelum Aristoteles, seorang filsuf besar yang bernama Sokrates pada abad 4 SM sudah berpendapat bahwa Bulan itu terdiri atas bebatuan dan karang, sementara Ortodoksi Athena berpandangan bahwa Bulan adalah Dewa yang harus disembah. Kita tahu, pada 399 SM Sokrates menerima penghukuman mati dengan meminum racun di sebuah penjara negara di Athena dengan salah satu tuduhannya adalah bahwa dia mengajarkan ajaran-ajaran baru yang bertentangan dengan Ortodoksi Athena.
Kalaupun pada beberapa abad Sebelum Masehi sudah ada keyakinan bahwa Bumi, Bulan dan Matahari berbentuk bulat seperti bola, keyakinan ini tentu baru sebagai sebuah hipotesis yang belum terbukti secara empiris. Bahkan pada abad pertama, penulis teks Kisah Para Rasul pun masih berpikir bahwa Bumi ini memiliki “ujung” sehingga ditulislah olehnya sebuah perintah pekabaran Injil “sampai ke ujung Bumi” (KPR 1:8). Bahkan pada masa Ferdinand Magellan hidup (abad 15-16), Gereja Katolik Roma masih berpandangan bahwa Bumi ini ceper, sebuah pandangan yang justru dilawan olehnya.
Jadi, berterimakasihlah kepada Magellan, karena dialah orang pertama yang membuktikan bahwa Bumi ini berbentuk sebuah bola, yang di permukaannya darat dan samudera tertata dalam suatu keseimbangan alamiah.
Komentar
Posting Komentar