Faktor Kekalahan Belanda di Euro 2012




Stadion Metalist menjadi kuburan bagi armada Belanda. Robin van Persie dkk harus mengakui kecerdasan Denmark seusai ditaklukkan 0-1 pada partai pembuka Grup B, dini hari kemarin.

Gol tunggal dihasilkan Michael Krohn-Dehli pada menit ke-24. Krohn-Dehli dengan cerdik “menggoyang” dua pemain bertahan, Johnny Heitinga dan kapten Mark van Bommel sebelum melepaskan tembakkan melewati kaki Maarten Stekelenburg. Kekalahan ini bukan saja membuat peluang The Oranje lolos ke babak berikutnya menjadi suram, tapi juga memberikan pesan ada “borok besar” dalam anatomi timnas Belanda.
Pembaca, menarik untuk membedah apa saja sebenarnya penyebab kekalahan mengejutkan ini? Sekurangnya, ada tujuh faktor utama yang membuat Van Persie dkk bertekuk lutut di hadapan bala tentara The Danish Side. Pertama (seperti biasa). Dari turnamen ke turnamen, timnas Belanda selalu didera masalah internal.

Ada sedikit kemiripan karakter bangsa Belanda dan Indonesia: Susah akur! Masih ingat saat Ruud Gullit menolak membela Belanda di Piala Dunia 1994 sebagai puncak dari perseteruannya dengan Hoofdtrainer Dick Advocaat? Dan, itu pula yang menjadi akhir dari kisah cintanya bersama The Oranje. Atau, bagaimana jelang Piala Eropa 2000 kening para pemain kulit putih mengerut saat Belanda dinakhodai Frank Rijkaard yang notabene “berwarna”.

Pun dengan internal Belanda jelang Euro 2012 ini. Apa pun yang dilakukan Hoofdtrainer Bert van Marwijk pasti selalu salah di mata legendaris sepak bola Belanda seperti Johan Cruyff, Marco van Basten, maupun Gullit. Mirip kita bukan? Pemerintah melakukan yang benar saja masih dikritik, apalagi memang salah secara fundamental. Kedua. Masih berkaitan dengan poin pertama.

Pemain yang diboyong Marwijk ke Polandia dan Ukraina banyak menuai kritik dari sejumlah pengamat, termasuk para legendaris.Tak terkecuali starting eleven yang diturunkan Van Marwijk saat meladeni Denmark. Bayangkan, sebelassebelasnya berasal dari 11 klub berbeda. Bukan perkara mudah menyatukan seluruh visi pemain dalam waktu kurang dari sebulan apalagi menghadapi turnamen sebesar Piala Eropa.

Ketiga. Lagi-lagi masih ada kaitannya dengan poin pertama. Sebelum turnamen, fans Belanda terbelah menjadi dua. Ada yang setuju Van Persie sebagi tombak utama di skuad The Clockwork Orange.Tapi, tak sedikit yang menilai Klaas Jan Huntelaar lebih pantas. Keduanya sempat dicoba tampil bareng selama uji coba, tapi hasilnya jeblok.Van Marwijk akhirnya memilih Persie.

Seandainya, Huntelaar yang diturunkan sejak awal, mungkin hasilnya akan berbeda. Keempat. Menyusul keputusan Van Marwijk memilih Van Persie sebagai ujung tombak, Ibrahim Affelay akhirnya diplot sebagai sayap kiri. Keputusan ini bukan tanpa alasan.Van Persie pernah mengatakan, Affelay adalah sayap favoritnya untuk bermain bersama. Jadilah Van Marwijk mengikuti kemauan top skor Liga Inggris tersebut.

Hasilnya? Affelay hanya mondarmandir sebelum digantikan Huntelaar pada menit ke-71.Tidak ada yang mengejutkan, sebab sepanjang musim Affelay lebih sering menghangatkan bangku cadangan Barcelona. Instingnya hilang! Kelima. Kalau di Brasil, kiper adalah posisi paling dihindari, di Belanda justru bek kiri. Aneh, memang! Tapi, itulah faktanya.

Posisi bek kiri adalah Achilles Heel Belanda sepanjang zaman. Tanyakan kepada generasi tua siapa bek kiri favorit mereka. Koor kompak berbunyi: Ruud Krol! Dan, mereka akan mulai bercerita dengan solo run Krol yang terkenal saat menghadapi Brasil di Piala Dunia 1974. Generasi paruh baya mengenal Frank de Boer. Sementara generasi muda mengidolakan Giovanni ‘Gio’ van Bronckhorst.

Dari ketiga pemain ini, hanya De Boer yang memulai debut profesional sebagai bek kiri meski kerap diplot sebagai central defender. Sepeninggal Gio, bek kiri Belanda ibarat kos-kosan. Penghuninya kerap berganti-ganti dan ini tidak bagus. Padahal, berulang kali Van Marwijk mengatakan. “Saya butuh pemain yang konsisten bermain di posisi yang sama,” katanya.

Namun,Van Marwijk juga yang melawan titahnya. Erik Pieters yang sempat diplot sebagai suksesor permanen Gio harus ditinggalkan Van Marwijk lantaran cedera. Ironisnya, Van Marwijk malah memboyong pemain minim pengalaman yang juga rekan Pieters di PSV Eindhoven, Jetro Willems.

Padahal, sepanjang kualifikasi,Van Marwijk lebih sering menurunkan Vurnon Anita yang saat itu menggantikan Pieters lantaran cedera. So, tak heran sisi kiri pertahanan Belanda disayat Dennis Rommedahl hampir sepanjang pertandingan. Keenam. Bagi Anda yang menyaksikan pertandingan tentu melihat bagaimana total football Belanda tidak total sama sekali.

Tidak tercermin Belanda adalah negara pengusung dan pencinta sepak bola menyerang. Penyebabnya sangat sederhana: Van Persie dkk terbuai alunan lembut musik Woodwind Quintet*. Denmark secara cerdas sengaja memperlambat tempo permainan dan Belanda termakan strategi yang diterapkan Morten Olsen. Terbukti, pertahanan Belanda jebol melalui serangan balik mematikan.

Ketujuh. Satu pemain kadang bisa membuat perbedaan besar. Lionel Messi melakukan itu dan berjaya bersama Barcelona. Demikian pula Zinedine Zidane bersama Prancis. Semalam, Arjen Robben melakukan itu, tapi ke arah yang berlawanan. Tak kurang, tujuh kali tembakkan dilepaskan andalan Bayern Muenchen itu ke gawang Denmark. Hasilnya? Seperti yang kita ketahui tak satu pun berbuah gol.

Padahal, berapa kali rekan setim berdiri bebas dan lebih berpeluang mencetak gol. Seandainya, ayah dua putra ini sedikit lebih “bermurah hati”, mungkin perjalanan Belanda memuncaki Piala Eropa 2012 tidak seterjal saat ini.● Haris Pardede Pengamat Sepak Bola

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT LAMAHOLOT

10 KOMPUTER TERCEPAT DI PLANET BUMI