BAGAIMANA ORANG CERDAS MEMBAGI WAKTU-WAKTUNYA DI SIANG HARI?
Ilustrasi dari Inet
Saudaraku..
Orang cerdas dalam pandangan kita, mungkin orang yang banyak menyabet gelar bergengsi. Atau orang yang telah sampai di puncak prestasi ilmu pengetahuan. Atau orang yang mampu menjawab berbagai persoalan yang dialamatkan kepadanya. Dan seterusnya.
Namun, orang yang cerdas di mata Rasulullah saw tentu berbeda. “Orang cerdas adalah orang yang senantiasa mengoreksi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematiannya.” H.R; Tirmidzi.
Sedangkan orang cerdas dalam kaca mata Ali bin Abi Thalib ra adalah orang dapat membagi waktunya di siang hari menjadi empat bagian:
• Waktu ia pergunakan untuk bermunajat kepada Rabb-nya.
• Waktu ia manfaatkan untuk bermuhasabah diri.
• Waktu ia luangkan untuk mendatangi ahli ilmu yang dapat membimbingnya mengenali sebagian ajaran agamanya dan mengingatkannya akan hakikat kehidupan dunia.
• Waktu ia maksimalkan untuk menikmati keindahan dunia yang dihalalkan untuknya.
(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).
Saudaraku..
Kedekatan kita dengan Sang Pencipta, diukur dari seberapa besar kadar munajat dan do’a kita kepada-Nya. Berbeda dengan manusia, semakin banyak diminta oleh kita, dia semakin menjauh dan bahkan membenci kita. Tapi Tuhan yang Maha Pemurah, semakin sering kita meminta dan memohon kepada-Nya, justru Dia semakin mendekat dan mencintai kita. Bahkan Allah swt murka kepada hamba-Nya yang enggan berdo’a dan meminta kepada-Nya. “Siapa yang tak meminta kepada Allah, maka Dia murka kepadanya.” H.R; Baihaqi.
Allah swt mengelompokkan orang yang enggan berdo’a ke dalam golongan orang-orang yang sombong dan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam. “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari berdo’a kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” Al Mu’min: 60.
Oleh karena itu, jika hari-hari kita sepi dan sunyi dari munajat dan lantunan do’a kepada-Nya, baik itu di dalam shalat, setelah shalat, dan waktu-waktu lainnya. Maka kita adalah orang yang tidak cerdas, sombong dan layak mendapat murka Allah swt. Wal ‘iyadzu billah.
Maka dalam keadaan dan kondisi apapaun; kaya atau miskin. Sehat atau sakit. Bahagia atau merana. Lapang atau sempit. Suka maupun duka. Sendiri atau di tengah keramaian. Kuat atau lemah. Dan yang senada dengan itu. Kita berupaya meningkatkan keharmonisan hubungan kita dengan-Nya lewat munajat dan do’a kepada-Nya. Agar kita dapat merasakan perhatian-Nya, pertolongan-Nya dan kebersamaan-Nya dalam hidup kita.
Saudaraku..
Pada hakikatnya kita sedang mengadakan perniagaan dan jual beli dengan Allah swt. Di mana laba yang Dia tawarkan kepada kita adalah surga. Dan kerugian terbesar dari perniagaan ini akibat ketidak cermatan dan kehati-hatian kita adalah mendapat murka dan siksa-Nya di neraka.
Untuk mengetahui untung atau rugi dagangan kita hari ini, maka biasanya kita menghitung modal berikut labanya. Jika kita tidak menghitung-hitungnya, darimana kita mengetahui untung atau rugi perniagaan kita?.
Demikian pula dengan kita selaku hamba, jika kita tak rutin bermuhasabah diri setiap hari, maka darimana kita tahu posisi kita saat ini? Apakah ada peningkatan amal atau sebaliknya ada penurunan spiritual?.
Bahkan idealnya muhasabah kita lakukan di tiga waktu. Pertama, saat akan memulai amal (niat), agar niat mengabdi kepada-Nya lurus dan tidak berbelok-belok. Kedua; muhasabah juga kita lakukan di pertengahan amal, agar kelurusan niat tetap terjaga dan ketepatan amal sesuai tuntunan Nabi saw juga terpelihara. Dan ketiga; setelah beramal, kita perlu bermuhasabah, untuk mengetahui apakah amalan kita sudah tertunaikan secara sempurna, ataukah banyak kekurangan di sana sini dalam pelaksanaannya.
Saudaraku..
Mendaki puncak gunung, membutuhkan ilmu dan bekal yang memadai. Jika tidak, maka kita tak akan sampai di puncak. Dan bahkan kita bisa terjerembab jatuh dengan kondisi tubuh yang mengenaskan.
Terlebih, saat ini kita sedang mengadakan perjalanan untuk mendaki puncak ubudiyah. Terkadang jalan yang kita lalui terjal, bercadas, licin, berliku, berdebu, berduri dan seterusnya. Tanpa persiapan yang cukup, ilmu yang memadai dan dipandu orang yang berpengalaman. Maka mustahil kita akan sampai di puncak tujuan.
Para ahli ilmu ibarat pemandu jalan kita menuju puncak ubudiyah. Mereka adalah inspirator kesuksesan kita dalam menyisiri hidup yang penuh dengan cobaan dan ujian. Agar semangat meraih kebahagiaan hidup di akherat sana tak pernah luntur. Dan supaya kita senantiasa sadar bahwa dunia hanya menjadi jembatan menuju ke sana.
Jika kita ingin berteduh di taman surga di dunia, maka singgahlah di majlis ilmu. Itulah taman-taman surga yang disebutkan oleh Nabi saw. Jangan pernah bermimpi, kita akan menikmati keindahan taman-taman surga. Jika kita enggan singgah di taman-taman ilmu di dunia ini.
Saudaraku..
Islam adalah agama fitrah. Seluruh kebutuhan asasi kita terayomi, tiada yang dikebiri. Walau di sana ada rambu-rambu yang terang benderang. Memenuhi kebutuhan perut dan yang di bawahnya, Islam pun telah menetapkan aturan mainnya.
Menikmati makanan dan minuman yang mengundang selera kita, sah-sah saja kita lakukan. Selama kita mendapatkannya dengan cara yang sah serta makanan dan minuman tersebut tiada dilarang dalam agama. Selama tidak melampaui batas, sehingga tidak terjatuh pada sifat boros dan pembubaziran harta.
Bahkan makan dan minum kita terhitung ibadah, jika kita niatkan untuk memenuhi hak tubuh kita dan menjaga stamina yang prima agar optimal beribadah kepada Allah swt.
Menyalurkan hasrat seksual, menjadi aliran sedekah bagi kita. Selama kita menyalurkannya di tempat yang halal dan bertujuan untuk menjaga kesucian diri kita dan kehormatan pasangan hidup kita.
Oleh karena itu cukup dikatagorikan sebagai insan yang bermental jahiliyah, jika kita menghalangi diri kita dari kenikmatan hidup yang Allah halalkan untuk kita.
Saudaraku..
Sudahkah kita menjadi orang yang cerdas saat ini? Yakni dengan menyeimbangkan keempat sarana kecerdasan yang telah disebutkan oleh menantu Nabi saw; Ali bin Abi Thalib ra. Semoga kita bisa menjadi orang yang cerdas mulai hari ini. Aamiin
Komentar
Posting Komentar