Burung Hitam Penunjuk Arah

 Bagi seorang pendaki mungkin mitos burung hitam si penunjuk arah sudah tidak asing lagi ditelinga. Burung ini sering dijumpai dijalur jalur pendakian.

Suatu kisah saat saya, penulis, mendaki gunung Semeru saat berada di jalur pendakian Semeru menemukan adanya burung Jalak Gading yang berwarna hitam yang selalu mengikuti di depannya.

Saya, terlintas ingat akan mitos tentang burung hitam yang sering menjadi penunjuk arah bagi pendaki. Biasanya burung ini biasa ditemui di berbagai gunung di Indonesia, namun biasanya pendaki tidak menyadari keberadaan burung tersebut.

Entah mitos atau bukan memang burung ini sering mengikuti pendaki,walau pun pendaki sering mengusirnya tetapi burung tersebut enggan pergi dan balik lagi untuk menuntun pendaki sepanjang jalur pendakian hingga lereng gunung lalu burung tersebut terbang

Hal ini juga dikisahkan oleh Bowo yang pernah menjumpai burung Jalak tersebut di gunung Lawu.

Menurutnya saat dia mendaki melalui desa Singolangu bersama beberapa rekannya, di depan rombongan mereka menjumpai seekor burung Jalak Hitam yang terbang tidak tinggi.

“ Anehnya, seakan akan burung itu menuntun kami untuk kembali turun” tuturnya.

Dia kisahkan saat itu dia dan rombongan tidak menghiraukan burung tersebut, bahkan kadang-kadang mereka mengusir burung tersebut. Namun usaha mereka tidak mempan, burung itu selalu kembali kepada mereka. Rombongannya terus tetap mendaki.

Tidak lama kemudian Bowo bersama rombongannya akhirnya tiba – tiba terjebak dalam kebakaran hutan.

Tidak ada salahnya kita menghormati atau sekedar tahu mitos setempat, ada manfaat baiknya guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Banyak contoh keanehan yang berhubungan dengan mitos-mitos di gunung. Mungkin kita pernah melihat atau mendengar pendaki tiba-tiba linglung, kehilangan arah, berjalan berputar- putar saja di suatu tempat. Bahkan kejadian seperti kesurupan, atau akan berjumpa dengan hal-hal yang aneh lainnya.